Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia dan Peningkatan EoDB: Vaksinasi Kuncinya?
Author:
Schalke Anindya Putri (HIMIESPA FEB UGM)
Nida Yulianti (HMJIE FEB UB)
SUMMARY
Pandemi Covid-19 secara global telah memengaruhi pola hidup masyarakat di seluruh dunia, terutama Indonesia. Pemerintah sendiri mengantisipasi penyebaran virus ini dengan melakukan vaksinasi secara berkala dengan total target sebanyak 208.265.720 warga (Satgas Covid-19,2021). Adanya vaksinasi ini akan meningkatkan aktivitas masyarakat sehingga pemulihan ekonomi semakin memungkinkan. Pemerintah sendiri mengekspektasikan perekonomian Indonesia akan tumbuh ke angka 5.6% tahun ini (World Bank, 2021).
Pemulihan ekonomi negara berkembang masih terhambat oleh kenaikan kasus COVID-19, distribusi vaksinasi yang tidak merata, dan pengurangan dalam program bantuan pemerintah. Pada komposisi ekonomi makro sendiri, Indonesia mencatat di bidang investasi, seluruh sektor telah terdampak oleh tingginya ketidakpastian, harga komoditas yang rendah, serta permintaan yang rendah. Ibu Lilis Setiadi dari Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) menyatakan bahwa ketidakpastian dari kasus COVID-19 bisa membuat perekonomian Indonesia pulih dalam bentuk U-shaped, alih-alih V-shaped. (BKPM, 2020). U-shaped economic recovery artinya suatu ekonomi akan memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk pulih.
Vaksinasi dilakukan untuk membantu meningkatkan herd immunity sehingga memberikan dampak pada peningkatan aktivitas bisnis. Peningkatan aktivitas bisnis diharapkan dapat berjalan kembali di tengah pandemi yang nantinya akan menjadi salah satu indikator untuk meningkatkan peringkat EoDB Indonesia. Oleh karena itu, akselerasi vaksin diharapkan dapat mendorong realisasi pemulihan ekonomi dan meningkatkan peringkat EoDB di Indonesia.
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 tidak hanya menjadi krisis kesehatan yang berdampak pada semua demografi di seluruh dunia, tetapi juga telah menjadi krisis sosial ekonomi. Indonesia juga mengalami dampak yang sama parahnya dengan negara lain dalam hal sosial, ekonomi, dan keuangan. Akibat sosial-ekonomi antara lain terhentinya banyak kegiatan ekonomi formal dan informal yang dapat menciptakan lapangan kerja, akibat ekonomi berupa konsumsi yang terganggu, investasi yang melambat, dan ekspor neto yang terkontraksi, serta penurunan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar. Selain itu, konsekuensi keuangan termasuk NPL yang tertekan, profitabilitas, dan solvabilitas perusahaan.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi yang berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) dan peningkatan pengangguran. Dampak selanjutnya adalah meningkatnya jumlah penduduk miskin. Sebelum COVID-19, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan 5,3%, dan setelah COVID-19, skenario terburuk adalah -0,4%. Juga akan terjadi peningkatan kemiskinan sebesar 4,86 juta orang dan peningkatan pengangguran sebesar 5,23 juta untuk skenario terburuk. (Kementerian Keuangan, 2020). Peningkatan percepatan pandemi dan perlambatan ekonomi telah memengaruhi peringkat Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia, atau kemudahan dalam berbisnis. Kini, Indonesia berada pada peringkat ke-73 untuk indeks EoDB (World Bank, 2020); kondisi pandemi seperti sekarang tampak sulit untuk merealisasikan tujuan untuk meningkatkan peringkat secara signifikan.
Akan tetapi, laporan World Bank pada Juni 2021 menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia diproyeksi bangkit kembali pada tingkat 4,4 persen di tahun 2021, dan akan meningkat hingga 5 persen di tahun 2022 dengan adanya vaksinasi massal. Meski begitu, ekonom mengkritik target pemulihan ekonomi yang terlalu optimistis. Menurut Eko Listiyanto, Wakil Direktur INDEF (CNN, 2021), target pertumbuhan ekonomi Presiden Jokowi tahun 2022 sebesar 5,0% – 5,5% tidak realistis dikarenakan ketidakpastian pandemi serta keharusan untuk menggenjot ekonomi dari berbagai sektor, yang merupakan tantangan besar secara makro.
Percepatan distribusi vaksin, pemastian testing yang memadai, serta pertahanan dukungan moneter dan fiskal akan secara signifikan memulihkan ekonomi Indonesia, dan melancarkan EoDB. Akan tetapi, adanya kesulitan dan tantangan dalam sistem dan prosedur vaksinasi massal, dapat menghambat rencana optimis ini. Sehingga, esai ini akan membedah perkembangan vaksinasi di Indonesia, pemulihan ekonomi, serta dampaknya terhadap indeks EoDB Indonesia.
PERKEMBANGAN VAKSINASI INDONESIA
Vaksinasi Sebagai Solusi Penurunan COVID-19
Pandemi COVID-19 masih menghantui seluruh masyarakat dunia hingga saat ini, termasuk Indonesia. Pemerintah sendiri mengupayakan berbagai cara untuk menekan angka kematian dan pasien yang terpapar virus COVID-19. Salah satu upaya yang pemerintah lakukan adalah dengan memberikan vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat. Hal ini dilakukan guna mengurangi jumlah pasien yang terpapar virus COVID-19.
Vaksinasi bertujuan untuk membuat sistem kekebalan tubuh seseorang mampu mengenali dan dengan cepat melawan bakteri atau virus penyebab infeksi. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui vaksinasi adalah berkurangnya angka kesakitan dan angka kematian yang disebabkan virus COVID-19. Meskipun tidak dapat melindungi 100%, vaksinasi dapat memperkecil kemungkinan terjadinya gejala yang berat dan komplikasi yang disebabkan oleh virus, vaksinasi juga dilakukan untuk mendorong terbentuknya herd immunity atau kekebalan kelompok.
Perkembangan Vaksinasi di Indonesia
DATA VAKSINASI COVID-19 | ||
Vaksinasi Dosis 1 | Vaksinasi Dosis 2 | |
Tenaga Kesehatan | 1.627.357 | 1.507.894 |
Petugas Publik | 28.575.239 | 17.447.408 |
Lanjut Usia | 5.113.316 | 3.592.892 |
Masyarakat Rentan dan Umum | 18.828.996 | 7.457.230 |
Kelompok Usia 12-17 Tahun | 2.448.422 | 1.199.536 |
Total Semua Vaksinasi | 57.303.561 | 31.587.447 |
Tabel 1. Data Vaksinasi COVID-19 Per 22 Agustus 2021
Sumber: kawalcovid19, 2021
Pemberian vaksin di Indonesia untuk vaksinasi pertama per 20 Agustus 2021 mencatat sebanyak 56.504.055 warga berhasil mendapatkan vaksin. Sedangkan vaksinasi ke-2 berada di angka 30.753.137 dari target sasaran vaksinasi nasional sebanyak 208.265.720 warga. Sasaran vaksinasi meliputi tenaga kesehatan, masyarakat lanjut usia, petugas publik, masyarakat rentan dan masyarakat umum, usia 12-17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa 27 dari 100 masyarakat Indonesia telah mendapatkan 1 dosis vaksin COVID-19 (Satgas Covid-19, 2021).
Selain itu, vaksinasi yang diberikan kepada penyandang disabilitas adalah vaksin Sinopharm yang merupakan hibah dari Uni Emirat Arab (UEA). Targetnya, sebanyak 225 ribu penyandang disabilitas menerima vaksin pada Oktober 2021. Kementerian Kesehatan (2021) juga menginstruksikan vaksinasi kepada ibu hamil dengan menganjurkan tiga jenis merek vaksin yaitu Pfizer dan Moderna yang merupakan vaksin dengan platform mRNA dan vaksin platform inactivated merk Sinovac. Pemberian vaksinasi kepada ibu hamil dilakukan dibawah monitor dokter pemeriksa kehamilan dan ditinjau secara lebih mendetail.
Vaksinasi Dilihat dari Sisi Supply & Demand
Permintaan vaksinasi yang tinggi di Indonesia mendorong pemerintah untuk terus mencari pasokan vaksin demi menekan pasien yang terpapar COVID-19. Pada tanggal 13 Agustus 2021, Bio Farma menerima kedatangan vaksin COVID-19 dalam bentuk finish product, CoronaVac dari Sinovac, sebanyak lima juta dosis dalam kemasan 2 dosis/vial. Kepala Badan POM RI, Penny K Lukito dalam sambutannya beliau mengatakan dengan kedatangan vaksin pada hari ini, menambah vaksin yang sudah tersedia untuk vaksinasi program sebanyak lebih dari 185 juta dosis, terdiri dari 144,7 juta dosis dalam bentuk bulk dan 40,3 juta dosis.
Penerimaan vaksin COVID-19 dalam bentuk finish product kali ini adalah yang kedua kalinya diterima oleh Bio Farma dimana sebelumnya juga telah menerima sebanyak tiga juta dosis diperuntukkan untuk tenaga kesehatan pada Desember 2020. Tidak ada perbedaan dari sisi platform dan kualitas dari pengiriman sebelumnya. Maka dari itu, total untuk pendistribusian vaksin COVID-19 per tanggal 12 Agustus 2021 dari Bio Farma sudah mendistribusikan sebanyak 106,2 juta dosis, terdiri dari Covid-19 Bio Farma: 81,4 juta dosis, AZ Covax, bilateral dan hibah: 14,8 juta dosis Moderna: 7 juta dosis.
Proses produksi dan penyebaran vaksin masih memakan waktu yang lama karena dalam penyebarannya masih dilakukan secara bertahap. Akibatnya, penyebaran vaksinasi masih belum merata hingga ke pelosok daerah yang ada di Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum melakukan vaksinasi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Juli 2021, terdapat 58.349 responden dari 212.762 responden yang belum melakukan vaksin. Mayoritas responden menjawab 32,5% karena masalah kesehatan, sarana dan akses yang sulit, sedangkan 26,3% masih kesulitan dalam mencari lokasi yang tersedia vaksin. Selain itu, sekitar 15,8% masih khawatir akan efek samping dan 4,2% masih tidak percaya dengan keefektifitasan vaksin.
Dampak Vaksinasi terhadap Pemulihan Ekonomi di Indonesia
Presiden Joko Widodo menargetkan penyebaran vaksinasi pada pertengahan bulan Agustus hingga tujuh pekan ke depan ditingkatkan hingga mencapai 50 juta suntikan (Kompas, 2021). Adanya program vaksin yang dicanangkan ini hendaknya dapat mendorong pemulihan ekonomi Indonesia tumbuh kembali sekitar 5%. Vaksinasi diharapkan menjadi solusi untuk menimbulkan herd immunity masyarakat agar dapat menekan laju penyebaran virus dan dapat kembali menjalankan aktivitas ekonomi.
Vaksinasi yang sudah dilakukan dapat memberikan manfaat dari berbagai perspektif. Manfaat yang didapatkan dari berbagai perspektif, yaitu bagi para pekerja dapat menjalankan aktivitasnya dan memulihkan penghasilannya, pemerintah dapat melakukan penguatan kembali pencapaian target pembangunan dan pencapaian tujuan Pembangunan Berkelanjutan, sedangkan untuk perusahaan dapat melakukan aktivitas produksinya (Mansyur, 2021). Oleh karena itu, perlu dukungan dari berbagai pihak untuk mengoptimalkan penyebaran vaksin di Indonesia.
MENUJU PEMULIHAN EKONOMI INDONESIA
Perkembangan Pemulihan Ekonomi Secara Global dan di Indonesia
Dengan adanya vaksinasi dan peningkatan dalam aktivitas masyarakat, pemulihan ekonomi pun semakin memungkinkan. Secara global, pertumbuhan ekonomi diekspektasikan dapat bertumbuh hingga 5.6% tahun ini; khususnya bergantung pada kekuatan perekonomian Amerika Serikat dan Tiongkok. Akan tetapi, level PDB global masih akan berada pada 3.2% di bawah proyeksi sebelum pandemi. (World Bank, 2021).
PDB per kapita untuk negara dan perekonomian berkembang pun terantisipasi untuk tetap berada di bawah pertumbuhan sebelum COVID-19 untuk waktu yang lama. Meski begitu, pertumbuhan di negara berkembang diprediksi akan akselerasi hingga 6%, yang terbantu dari sisi permintaan dan harga komoditas. (World Bank, 2021). Akan tetapi, pemulihan ekonomi negara-negara tersebut masih terhambat oleh kenaikan kasus COVID-19, distribusi vaksinasi yang tidak merata, dan pengurangan dalam program bantuan pemerintah.
Untuk Indonesia sendiri, pemulihan ekonomi hingga kuartal pertama 2021 masih bertumbuh secara bertahap meskipun kuartal kedua menunjukkan pertumbuhan yang lebih besar. Perbedaan pertumbuhan ekonomi terlihat lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya; hal ini didukung oleh peningkatan dalam penjualan ritel sebanyak 11%, serta aktivitas manufaktur yang terus berkembang, didorong oleh permintaan eksternal dan harga komoditas yang optimis. (World Bank, 2021).
Akan tetapi, risiko pandemi tetaplah besar bagi perekonomian Indonesia dengan kerentanan Indonesia terhadap varian baru virus corona seperti yang dialami oleh negara-negara lain. Peluncuran vaksin gratis telah tertinggal dibandingkan dengan rekan negara regional. Meski begitu, perekonomian Indonesia tetap diproyeksikan akan pulih sebesar 4.4% pada tahun 2021, hal ini didukung oleh membaiknya permintaan domestik dan ekonomi global yang lebih kuat. Bahkan, pertumbuhan bisa meningkat hingga 5% pada tahun 2022 bila didorong oleh peluncuran vaksin yang semakin terdistribusi secara massal. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ketidakpastian tetaplah tinggi. (World Bank, 2021).
Pemulihan Ekonomi Dilihat Dari Komponen Ekonomi Makro
Secara makro, khususnya dari komponen konsumsi rumah tangga dan investasi, yang mana mengambil 80% dari PDB, telah menurun hingga -5.51% dan -8.61% (y.o.y) masing-masing pada kuartal kedua 2020. (LPEM, 2020). Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak Krisis Finansial Asia 1998. Di bidang investasi, seluruh sektor telah terdampak oleh tingginya ketidakpastian, harga komoditas yang rendah, serta permintaan yang rendah. Kontraksi investasi dalam gedung dan infrastruktur telah disebabkan oleh tertundanya proyek di berbagai wilayah. Selain itu, investasi mesin dan peralatan serta kendaraan juga terganggu oleh penurunan permintaan terhadap barang modal.
Secara keseluruhan, implementasi pemulihan akan bergantung pada kapasitas untuk menekan angka kasus COVID-19 dan bantuan pemerintah. Efektivitas stimulus pemerintah pun akan bergantung pada aspek distribusi dan sasaran. Selain itu, sektor investasi yang melemah kini didukung oleh UU Cipta Kerja, yang diharapkan dapat memperbaiki iklim investasi melalui deregulasi dan debirokratisasi yang dapat meningkatkan partisipasi investor, sehingga mempercepat pemulihan ekonomi. (LPEM, 2020).
V-shaped Economic Recovery Selama Pandemi
Para ahli, termasuk Ibu Lilis Setiadi dari Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) menyatakan bahwa ketidakpastian dari kasus COVID-19 bisa membuat perekonomian Indonesia pulih dalam bentuk U-shaped, alih-alih V-shaped. (BKPM, 2020). U-shaped economic recovery artinya suatu ekonomi akan memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk pulih.
Grafik 1. Pertumbuhan PDB Indonesia
Sumber: Bloomberg, 2021
Akan tetapi, pemerintah Indonesia bertujuan untuk merealisasikan V-shaped economic recovery, yang mana pemulihan ekonomi lebih terakselerasi, sehingga Indonesia dapat pulih tanpa berlama-lama berada dalam resesi. Beberapa upaya pemulihan ekonomi pada tahun 2021 akan terus dikerahkan; di antara lain dengan mendorong industri, pariwisata, dan investasi yang merupakan mesin penggerak perekonomian Indonesia. Ditambah dengan vaksinasi massal, perekonomian Indonesia diproyeksi akan pulih dengan pemulihan bentuk-V, dengan pertumbuhan sebesar 4.5% – 5.5%. (Sihombing, 2021).
Upaya pemulihan ekonomi pada tahun 2021 akan terus dilakukan dengan mengaktifkan kembali mesin penggerak perekonomian yaitu industri, pariwisata, dan investasi melalui pembenahan di berbagai aspek. Pada tahun 2021, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh 4,5% – 5,5% atau titik tengah 5 persen dengan pemulihan bentuk-V. (Sihombing, 2021). Pertumbuhan ekonomi ini memerlukan sekitar Rp 5800 – 5900 triliun, yang mayoritas didukung oleh sektor privat. Investasi domestik akan terus meningkat, dan sektor pariwisata juga dapat pulih secara bertahap. Sektor industri pun ditargetkan untuk tumbuh hingga 5%, sehingga tenaga kerja yang terserap sebanyak 18.4 juta orang. (World Bank, 2021). Apabila semuanya berjalan sesuai rencana, akan memungkinkan pemulihan yang kuat pada tahun 2021. Hal ini akan memiliki dampak positif yang nyata terhadap realisasi investasi di Indonesia, dan memajukan Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia.
TINGKAT EASE OF DOING BUSINESS (EODB) INDONESIA
Penjelasan, Tujuan, dan Indikator Ease of Doing Business di Indonesia
Ease of Doing Business atau EoDB merupakan sebuah indeks yang dibuat oleh Bank Dunia untuk menentukan peringkat kemudahan berbisnis di tiap-tiap negara. EoDB juga menjadi indikator kemudahan berbisnis yang dibuat oleh Bank Dunia. EoDB menghasilkan dua ukuran agregat yaitu skor kemudahan berbisnis dan peringkat kemudahan melakukan bisnis. Penentuan peringkat ini dinilai dari sepuluh indikator yang telah ditetapkan oleh Bank Dunia yaitu Memulai Usaha; Perizinan terkait Mendirikan Bangunan; Penyambungan Listrik; Pendaftaran Properti; Akses Perkreditan; Perlindungan terhadap Investor Minoritas; Pembayaran Pajak; Perdagangan Lintas Negara; Penegakan Kontrak; Penyelesaian Perkara Kepailitan (Kementrian Investasi, 2020).
Kondisi EoDB di Indonesia
Pada tahun 2020 EoDB Indonesia menempati urutan negara ke-73 dengan sebelumnya berada pada peringkat ke- 91 pada 2017. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan posisi ini stagnan dalam tiga tahun terakhir. Febrio mengatakan dibutuhkan reformasi yang progresif untuk menaikkan peringkat EoDB Indonesia diantaranya pada perizinan, hukum, dan perpajakan. Indikator untuk memulai bisnis misalnya, Indonesia ada di peringkat 140. Kemudian dalam penegakan kontrak berada di posisi 139, perdagangan antarnegara di peringkat 116, persetujuan untuk izin pembangunan di peringkat 110, dan pendaftaran properti di peringkat 106 (Kementrian Investasi, 2020).
Dampak Vaksinasi terhadap EODB dan Prospeknya Setelah Pandemi
Vaksinasi yang dijalankan di Indonesia dapat membantu meningkatkan herd immunity sehingga memberikan pengaruh ke aktivitas bisnis. Aktivitas bisnis dapat berjalan kembali di tengah pandemi yang nantinya akan menjadi salah satu indikator untuk meningkatkan peringkat EODB Indonesia. Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia oleh Bank Indonesia (2020), percepatan vaksin dapat memengaruhi kecepatan prospek pemulihan ekonomi Indonesia 2021 dan kedepannya termasuk aktivitas bisnis dengan beberapa kebijakan yang saling menguatkan.
Kebijakan-kebijakan yang dapat mempercepat prospek pemulihan ekonomi diantaranya: (1) pembukaan sektor-sektor produktif dan aman; (2) percepatan realisasi fiskal; (3) meningkatkan kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran; (4) keberlanjutan stimulus moneter dan makroprudensial; dan (5) percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya pengembangan UMKM (Bank Indonesia, 2020). Selain itu, adanya perbaikan ekspor dan pembangunan infrastruktur dapat mendorong kinerja investasi semakin membaik. Perbaikan iklim berusaha juga akan menopang perbaikan investasi dengan mengimplementasikan UU Cipta Kerja. Selanjutnya, sejalan dengan perbaikan ekspor dan permintaan domestik, impor diperkirakan akan tumbuh positif serta seluruh lapangan usaha diprakirakan terjadi perbaikan kinerja (Bank Indonesia, 2020). Oleh karena itu, akselerasi vaksin dapat mendorong realisasi pemulihan ekonomi dan meningkatkan peringkat EoDB di Indonesia.
PENUTUP
Pemulihan ekonomi dapat dicapai dengan vaksinasi massal, yang pada akhirnya dapat mengakselerasi peringkat EoDB di Indonesia. Akan tetapi, meski dengan target yang sudah ditetapkan, ekonom mengkritik target pemulihan ekonomi yang terlalu optimistis. Target pertumbuhan ekonomi Presiden Jokowi tahun 2022 sebesar 5,0% – 5,5% dianggap tidak realistis dikarenakan ketidakpastian pandemi serta keharusan untuk menggenjot ekonomi dari berbagai sektor, yang merupakan tantangan besar secara makro. Ditambahkan dengan lambatnya persebaran vaksinasi, membuat hal ini menjadi target yang tidak realistis.
Dari sisi EoDB, Indonesia sedang mengalami stagnasi pada peringkat selama dua tahun terakhir. Selama pandemi, Indonesia tetap menetapkan target untuk berada pada peringkat ke-60. Akan tetapi, terhambatnya beberapa indikator karena COVID-19, di antara lain perdagangan lintas negara, membuat inipun target yang sulit dicapai.
Sehingga, untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi, kebijakan untuk kesehatan dan perekonomian perlu dilaksanakan secara konsisten; hingga ada kemungkinan untuk reformasi struktural untuk mengakselerasi percepatan dalam pemulihan ekonomi dan peningkatan peringkat EoDB. Penanggulangan pandemi COVID-19 dalam bentuk penyebaran vaksinasi dan protokol kesehatan yang ketat harus dilaksanakan bersama dengan kebijakan ekonomi yang konsisten. Vaksinasi yang mengizinkan mobilitas masyarakat meningkat dapat membantu perekonomian untuk pulih, serta mendorong investasi domestik dan asing, tanpa bertaruh pada kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. (2020). Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi. Laporan Perekonomian Indonesia 2020.
Bio Farma. (2021). Bio Farma Tambah Pasokan Vaksin Covid-19 Sebanyak 25 Juta Dosis di Bulan Agustus 2021. Dari: https://www.biofarma.co.id/id/berita-terbaru/detail/bio-farma-tambah-pasokan-vaksin-covid19-sebanyak-25-juta-dosis-di-bulan-agustus-2021-. Diakses Pada 20 Agustus 2021.
Indonesia, C. (2021, August 17). Ekonom Kritik Target Pemulihan Ekonomi Jokowi: Tak Realistis. ekonomi. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210817163838-78-681552/ekonom-kritik-target-pemulihan-ekonomi-jokowi-tak-realistis
Indonesia Economic Prospects (IEP), June 2021: Boosting the recovery. (2021). World Bank. https://www.worldbank.org/en/country/indonesia/publication/indonesia-economic-prospects-iep-june-2021-boosting-the-recovery
Kementerian Investasi/BKPM. (2020). Kemudahan Berbisnis. https://www.investindonesia.go.id/id/mengapa-berinvestasi/kemudahan-berbisnis. Diakses Pada 31 Agustus 2021.
Kementerian Keuangan. (2020). COVID-19: DAMPAK, PENANGANAN, PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL (PEN), & USULAN PERUBAHAN PERPRES 54 TAHUN 2020. https://www.kemenkeu.go.id/media/15323/v922-skema-pemulihan-ekonomi-nasional_media.pdf
LPEM FEB UI. (2021). The Great Escape: Covid-19 in the Short-Term and Middle-Income Trap in the Long-Term.
Mansyur, M. (2021). Vaksinasi COVID-19 bagi Pekerja, Harapan Pulihnya Produktivitas. Journal Of The Indonesian Medical Association, 71(1), 1-4.
Prakoso, JP. (2021). Peringkat EoDB Indonesia Stagnan, Reformasi Cepat Dibutuhkan. https://ekonomi.bisnis.com/read/20201020/9/1307511/peringkat-eodb-indonesia-stagnan-reformasi-cepat-dibutuhkan. Diakses Pada 31 Agustus 2021.
Pratama, F.(2021). Program Vaksinasi Solusi Penanganan Pandemi COVID19. Dari: https://puspensos.kemensos.go.id/program-vaksinasi-solusi-penanganan-pandemi-covid19. Diakses Pada 20 Agustus 2021.
Pusparisa, Y. (2021). Terungkap! Ini Alasan Masyarakat Belum Vaksinasi Covid-19. Dari: databoks.katadata.co.id, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/03/terungkap-ini-alasan-masyarakat-belum-vaksinasi-covid-19. Diakses Pada 20 Agustus 2021.
Rodeck, D. (2020, July 15). Alphabet Soup: Understanding the Shape of a COVID-19 Recession. Forbes Advisor. https://www.forbes.com/advisor/investing/covid-19-coronavirus-recession-shape/
(2021, May 28). BI: Keberhasilan vaksinasi dorong percepatan pemulihan ekonomi. Antara News. https://www.antaranews.com/berita/2180334/bi-keberhasilan-vaksinasi-dorong-percepatan-pemulihan-ekonomi
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. (2021). Data Vaksinasi COVID-19 (Update per 20 Agustus 2021). Dari: https://covid19.go.id/p/berita/data-vaksinasi-covid-19-update-20-agustus-2021. Diakses Pada 20 Agustus 2021.
Sidik, S. (2020a, October 13). Ini Dia Kunci Investasi di Saham: Omnibus Law & Vaksinasi. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/market/20201013133134-17-193950/ini-dia-kunci-investasi-di-saham-omnibus-law-vaksinasi
Sidik, S. (2020b, October 13). Ini Dia Kunci Investasi di Saham: Omnibus Law & Vaksinasi. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/market/20201013133134-17-193950/ini-dia-kunci-investasi-di-saham-omnibus-law-vaksinasi
Sihombing, G., & Jiao, C. (2021, May 5). Indonesia Aims for V-Shaped Recovery After Disappointing GDP. Bloomberg. https://www.bloomberg.com/tosv2.html?vid=&uuid=75f799a8-0d30-11ec-97ba-427145787171&url=L25ld3MvYXJ0aWNsZXMvMjAyMS0wNS0wNS9pbmRvbmVzaWEtZWNvbm9teS1zdHJ1Z2dsZXMtdG8tYm91bmNlLWJhY2stYXMtZGVtYW5kLWRyYWdz
Surianta, A. (2021a, July 9). 6 bulan vaksinasi COVID-19: mengapa Indonesia terseok-seok mencapai target? The Conversation. https://theconversation.com/6-bulan-vaksinasi-covid-19-mengapa-indonesia-terseok-seok-mencapai-target-164237
Surianta, A. (2021b, July 9). 6 bulan vaksinasi COVID-19: mengapa Indonesia terseok-seok mencapai target? The Conversation. https://theconversation.com/6-bulan-vaksinasi-covid-19-mengapa-indonesia-terseok-seok-mencapai-target-164237
The Global Economy: on Track for Strong but Uneven Growth as COVID-19 Still Weighs. (2021, June 8). World Bank. https://www.worldbank.org/en/news/feature/2021/06/08/the-global-economy-on-track-for-strong-but-uneven-growth-as-covid-19-still-weighs
Ulfa, AM. (2021). Vaksinasi Covid-19 untuk Ibu Hamil. Dari: https://katadata.co.id/anshar/infografik/611f93667995c/vaksinasi-covid19-untuk-ibu-hamil. Diakses Pada 20 Agustus 2021.
World Bank Group. (2021, June 17). Vaksinasi Massal yang Cepat, Pengendalian Pandemi yang Efektif, serta Dukungan Fiskal dan Moneter yang Kuat Sangat Penting untuk Mendorong Pemulihan Ekonomi. [Press release]. https://www.worldbank.org/in/news/press-release/2021/06/17/indonesia-rapid-mass-vaccination-effective-pandemic-control-and-strong-fiscal-and-monetary-support-are-critical-to-boost
Yuliawati. (2021). Penyandang Disabilitas Terkendala Akses Informasi untuk Peroleh Vaksin. Dari: https://katadata.co.id/yuliawati/berita/611f982612368/penyandang-disabilitas-terkendala-akses-informasi-untuk-peroleh-vaksin. Diakses Pada 20 Agustus 2021.